This is the month that marks black leather boots and stalled car engines. In december its all too easy to get lost, get stranded. Darks nights and snowy streets make way for tragedy. I walked out from my cocoon and slathered cold air onto my cheeks to give me a little living color. Exothermic rouge. There was a porcelain tea cup in my glove box at all times, painted robin’s egg blue all over, except where there were chips and cracks from mistreatment. I swan dove into the snow and came out damp and nearly frozen. Little tea cup in my hand, snow filling it the way a mountain would. I thought to myself it looked like a hawaiian shaved ice cone, without the artificial cherry flavoring. Sifted through the frosted leaves for days, looking for a rock that was sharp enough. Dragged it across the bare bone of my forearm to coax out the last drops of blood, letting them fall into my teacup of snow. They flavored every flake and turned it crimson. It tasted just like a cherry snow cone. The kind you get at the circus. I stood feet forward and flat in the road for two months licking my dessert seductively, waiting for someone to come give me a few voltages of a jump. No one ever came. And that is the story of how I became a statue.
Could there be saints without a sinner, masters without beginners Losers without a winner, could we love if not for hate? Is it differences so vast beside the beauty of contrast, That have helped us to outlast, our predecessors’ fate? Good would just grow stale with no evil to abate Evil turns upon itself with no goodness to negate
Charity is nothing without need, would not be needed without greed, There would be no need to plead if a request was given weight — For a thing to have a low there needs a high above to show, That there is room for it to grow so that it too can be great, There could be no peace or calm in life if things were good, innate, With no ugly to compare to, what could we deem ornate?
We would all follow like cattle with no constant contrast battle, For our worlds they need a rattle and a prod to motivate — It may be pleasant seeming and you may have stopped for dreaming, Thinking of a world not teeming with the dark things that you hate. Evil turns upon itself with no goodness to negate Good would just grow stale with no evil to abate
Suatu hari ada seorang lelaki yang menemui Ibrahim bin Adham. Dia berkata, "Wahai Aba Ishak! Selama ini aku gemar bermaksiat. Tolong berikan aku nasihat." Setelah mendengar perkataan tersebut Ibrahim berkata, "Jika kamu mau menerima lima syarat dan mampu melaksanakannya, maka boleh saja kamu melakukan maksiat." Lelaki itu dengan penasaran bertanya. "Apa saja syarat-syarat itu, wahai Aba Ishak?" Ibrahim bin Adham berkata,
Syarat pertama: "Jika kamu bermaksiat kepada Allah, jangan memakan rezeki-Nya"
Mendengar itu dia mengernyitkan kening seraya berkata, "Lalu aku mau makan dari mana? Bukankah semua yang ada di bumi ini rezeki Allah?" Ya, tegas Ibrahim bin Adham. "Kalau kamu sudah memahaminya, masih pantaskan memakan rezeki-Nya, sementara kamu selalu berkeinginan melanggar larangan-Nya?"
I sometimes get lost and instead of using my map for directions, I use it to write stories. I know that this doesn’t help me get home, but it makes me feel a little better; it erases some of the paranoia and the fear that is within myself.
I will just pull my car over to the side of the road, pull out a pen and a map, and begin. I really get after it, too. The words travel up and down the roads, across rivers, and through the woods. Over mountains they fly and across oceans they glide; ancient cities are built and modern cities rebuilt. I put the pen down, smoke a cigarette, and get back on the road.
I will usually find my way home now, having answered whatever was pestering me subconsciously through my writing. My parents ask “where have you been?” and I respond “I took a trip” and they understand without asking anything else.
I have a collection of maps in my underwear drawer and sometimes I burn them just to make the stories feel more important than they are.
There is nothing to write about today but blue expanse and the orange marigolds at my feet and the new grass. What else could there be? What can one do when the transcendent happens? You just have to surrender. That’s what Baudelaire, Prévert and O’Hara, too, understood in their cosmopolitan way. I know this is not what you want to hear, but there’s no use denying the world.
And we may not end up happy, but for now just try to see the four shades of maroon in the Japanese maple, the ninebark, my old Corolla and the brick stoop. Even the clutter of hoses, brooms, umbrellas and disheveled matches make their own duende.
The sun and the earth, full of light, rake out the sins of summer and let the raisin air penetrate driveways and the hides of dogs and houses. And miraculous glass, letting gold pour through windows into your bed.
its so great moment for all of muslim entire the world, cause tomorrow we will face with big day, its idul adha. and its my first celebration in my home, cause last years before, i'll face it in my school...xD
i never ignore the history of this accident, cause it teaches us much things about sacrifice, obidience etc.
Seek for Free Download Cute Blog templates? Because I love Cute Gadgets, I also like to find Cute Stuff, including Cute Templates for blog. If you use Blogger to make your blog, then you may like these Cute Blog themes for blogger from Blogskin. There are tons of Cute Blog themes there, although I don’t think they also doing SEO for those templates too.
There are 2 Cute Templates I really like. First is the themes called a| winter. It use light blue color along with white and it simply says ”Dear Diary”. Really nice for your Online Journal blog. The second is the Cookie template. This template is really simple but use nice color combination and using cookies color in this theme makes this template looks really cool. Those are really Cute Blogger Templates, don’t they?
Rasulullah SAW, dengan sahabat-sahabatnya Abu Bakar
ra, Umar ra dan ‘Ali ra bertamu ke rumah ‘Ali ra. Di rumah ‘Ali ra, istrinya
Sayyidatina Fathimah ha, putri Rasulullah SAW menghidangkan untuk mereka madu
yang diletakkan di dalam sebuah mangkuk yang cantik, dan ketika semangkuk madu
itu dihidangkan sehelai rambut terikut di dalam mangkuk itu. Baginda Rasulullah
SAW kemudian meminta kesemua sahabatnya untuk membuat suatu perbandingan
terhadap ketiga benda tersebut (mangkuk yang cantik, madu dan sehelai rambut).
Abu Bakar berkata, “Iman itu lebih cantik dari mangkuk
yang cantik ini, orang yang beriman itu lebih manis dari madu, dan
mempertahankan iman itu lebih susah dari meniti sehelai rambut.”
Umar berkata, “Kerajaan itu lebih cantik dari mangkuk
yang cantik ini, orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu, dan
memerintah dengan adil itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
Utsman berkata, “Ilmu itu lebih cantik dari mangkuk
yang cantik ini, orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu, dan
beramal denga ilmu yang dimiliki itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
Ali berkata, “Tamu itu lebih cantik dari mangkuk yang
cantik ini, menjamu tamu itu lebih manis dari madu, dan membuat tamu senang
sampai kembali pulang ke rumahnya adalah lebih sulit dari meniti sehelai
rambut.”
Fatimah berkata, “Seorang wanita itu lebih baik dari
sebuah mangkuk yang cantik, wanita yang ber-purdah itu lebih manis dari madu,
dan mendapatkan seorang wanita yang tak pernah dilihat orang lain kecuali
muhrimnya lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
Rasulullah SAW berkata, “Seorang yang mendapat taufiq
untuk beramal lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, beramal dengan amal
yang baik itu lebih manis dari madu, dan berbuat amal dengan ikhlas adalah
lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
Malaikat Jibril berkata, “Menegakkan pilar-pilar agama
itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, menyerahkan diri, harta dan
waktu untuk usaha agama lebih manis dari madu, dan mempertahankan usaha agama
sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
Allah SWT berfirman, “Surga-Ku itu lebih cantik dari
mangkuk yang cantik itu, nikmat surga-Ku itu lebih manis dari madu, dan jalan
menuju surga-Ku lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
Salah satu sifat dan perilaku terpuji yang harus
dimiliki oleh orang beriman adalah mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang telah
dikaruniakan kepada kita, baik nikmat yang berupa fisik kebendaan (material)
maupun nikmat yang bersifat mental spiritual (ruhaniah).
Nikmat iman dan nikmat ukhuwah (persaudaraan dan persahabatan) adalah contoh-contoh
kenikmatan ruhaniah. Sedangkan nikmat sehat, nikmat umur dan harta benda yang
melimpah adalah beberapa di antara contoh-contoh nikmat material.
Sebagaimana firman Allah SWT,
Artinya: Dan ingatlah tatkala Tuhanmu memaklumatkan, “Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu; dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS: Ibrahim:
7)
Bersyukur tampaknya hanyalah perbuatan yang mudah kita
lakukan. Namum bersyukur juga memiliki konsekwensi karena bersyukur adalah
berbuat. Jika kita mensyukuri umur maka kita mesti menggunakannya untuk
beribadah kepada Allah. Dan jika kita mensyukuri harta tentu kita akan
menggunakannya untuk bersedekah. Di sinilah kita akan mendapatkan ujian tentang
rasa syukur.
Ketika kita menggunakan umur kita untuk beribadah
kepada Allah, maka syaitan dan hawa nafsu akan senantiasa menggoda dan membisikkan,
bahwa banyak kemaksiatan yang siap digelar di luar sana. Bila kita ingin
mendatangi masjid untuk berdzikir, maka syaitan-syaitan akan memperberat
langkah kita. Mereka ingin membelokkan langkah kita menuju tempat-tempat yang
penuh dengan kemaksiatan.
Sedangkan jika kita ingin bersedekah, tentu syaitan
dan hawa nafsu juga akan selalu menggoda kita, mereka membisikkan resiko-resiko
yang tidak semestinya. Syaitan-syaitan akan mengatakan, “Ah buat apakah kamu
bersedekah? Sedangkan masih banyak kebutuhan pribadimu yang belum terpenuhi.”
Jika kita ingin mendermakan beberapa ratus ribu atau beberapa juta, maka hawa
nafsu kita akan selau mempengaruhi, “Jangan banyak-banyak deh, kalau ingin
bersedekah, nanti kamu bisa jatuh miskin.”
Sedekah takkan mengurangkan harta sedikitpun. Karena
Allah pasti akan menggantinya dengan berlipat ganda. Rasulullah SAW pun telah
bersabda, “Harta tidak berkurang karena bersedekah.” (HR. Muslim)
Bahkan dalam hadits lain, Rasulullah menceritakan, “Tidaklah
seorang hamba berada di pagi hari kecuali dua malaikat turun kepadanya, yang
salah satunya berkata: ya Allah, berilah orang yang kikir kerusakan.” (HR.
Bukhari- Muslim)
Kedua hadits ini mengindikasikan, justru dengan
bershadaqah, harta seseorang akan semakin bertambah, barakahnya maupun jumlah
harta itu sendiri. Sebagaimana firman Allah SWT, “Dan segala yang kamu
nafkahkan, tentu akan digantikan oleh Allah SWT.” (QS. Saba’ : 39)
Maka kita tidak perlu khawatir bahwa rasa syukur kita
dan sedekah kita akan mendatangkan kesulitan bagi hidup kita. Kita tidak perlu
khawatir bahwa syukur dan sedekah akan mengurangi kenikmatan kita. Dan marilah
kita mensyukuri segala nikmat Allah dengan segenap daya untuk semakin
mengaplikasikan ketakwaan yang sesungguhnya.
Bersyukur atas nikmat adalah bukti bagi lurusnya
keimanan dalam jiwa manusia. Dan orang yang bersyukur kepada Allah akan selalu
merasakan muroqobatullah (kebersamaan
Allah) dalam mendayagunakan kenikmatan-Nya, dengan tidak disertai pengingkaran,
perasaan menang dan unggul atas makhluk lainnya, dan penyalahgunaan nikmat.
Mensyukuri nikmat dengan mengungkapkan rasa kesyukuran
kepada Allah dapat kita laksanakan dengan tiga hal: Pertama, adalah mengakui di
dalam bathin. Kedua, adalah mengucapkannya dengan lisan. Ketiga, adalah
menggunakan nikmat sesuai dengan kehendak pemberi nikmat.
Dan ketiga-tiganya ini harus kita laksanakan dengan
sepenuhnya, kita tidak dapat bersyukur dengan sebenarnya jika hanya ucapan yang
membuktikan itu.
Jika mengaku bersyukur atas kelebihan harta namun
tidak pernah bersedekah, tentu syukur yang kita ucapkan adalah kebohongan
belaka. Tentu Allah dan Rasulullah takkan memerintahkan kepada kita untuk
bersyukur, jika tidak ada manfaatnya. Maka ketahuilah bahwa mensyukuri nikmat
memiliki banyak sekali manfaat yang dapat dipetik oleh orang-orang beriman.
Beberapa di antara manfaat syukur adalah mensucikana
jiwa. Dengan bersedekah kita mensucikan harta. Harta dan kekayaan material kita
menjadi tersucikan oleh rasa syukur yang terkatakan dengan lisan dan terlaksana
melalui perbuatan-perbuatan baik.
Syukur juga dapat menjadikan orang lain ridho dan
senang kepada kita, syukur menentramkan jiwa kita. Karena rasa syukur yang
telah kita ungkapkan dalam perbuatan tentu menjadikan orang lain senang dan
akan membantu dan menolong kita di kemudian hari.
Rasa syukur juga dapat memperbaiki dan melancarkan
berbagai bentuk interaksi dalam sosial masyarakat, sehingga harta dan kekayaan
yang dimiliki dapat terlindungi dengan aman.
Apabila mayoritas anggota suatu masyarakat adalah pribadi-pribadi
yangbersyukur kepada Allah atas
nikmat-nikmat yang telah mereka dapatkan, tentu masyarakat akan aman tentram
dan memperoleh kerahmatan dari Allah SWT. Dan baldatun toyyibatun wa robbun ghofuur tidak lagi menjadi mimpi
semata. Amin allhumma amin.
Keutamaan sedekah
Setelah kita bahas panjang lebar mengenai sedekah, ada
baiknya kita mengetahui keutamaan apa saja yang dimiliki oleh sedekah. Diantara
keutamaan-keutamaan sedekah antara lain:
1.Dilipat gandakan pahalanya sebanyak tujuh ratus kali lipat.
Allah SWT berfirman: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran)” (QS. Al-Baqarah: 261)
2.Sebagai penghalang bencana.
Dari Ali ra, Rasulullah SAW bersabda, “Segeralah
bersedekah, sesungguhnya musibah tidak dapat melintasi sedekah”
3.Amalan yang tidak putus pahalannya walaupun orang yang
beramal tersebut sudah meninggal. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Apabila anak
adam wafat maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal yaitu shadaqah jariyah,
ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakan orang tuanya. (HR. Muslim)
4.Dapat memperpanjang umur.
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Yang dapat menolak takdir
ialah doa dan yang dapat memperpanjang umur yakni kebajikan (amal bakti). (HR.
Ath-Thawi)
Pilar islam yang pertama yaitu akidah dan
pilar Islam yang kedua adalah ibadah. Ibadah berasal dari kata ‘abada, ya’budu,
yang berarti menghamba atau tunduk dan patuh. ‘abdun berarti budak atau hamba
sahaya, alma’bad berarti mulia dan agung, ‘abada bih berarti selalu
mengikutinya, alma’budberarti yang memiliki, yang dipatuhi dan diagungkan. Jika
makna kata-kata tersebut diurutkan akan menjadi susunan kata-kata yang logis,
yaitu: “Jika seseorang menghambakan diri terhadap yang lain, ia akan
mengikuti, mengagungkan, memuliakan, mematuhi dan tunduk“
Terjemah: Sesungguhnya setiap amal
perbuatan itu tergantung pada niatnya dan dianggap bagi tiap manusia apa yang
dia niatkan. Maka yang hijrahnya tulus ikhlas kepada Allah dan Rasulnya maka
akan diterima. Sedangkan yang hijrahnya untuk dunia “kekayaan” maka itulah yang
akan diperoleh. Atau wanita yang akan dinikahi maka hijrah itu terhenti pada
niat hijrah yang dia tuju.[2]
Hadits diatas marfu’ dan ittishal sanad
kepada Nabi, akan tetapi hadits tersebut tergolong hadits ahad karena pada
tingkatan hanya diriwayatkan oleh shahabat Umar ibn al-Khattab sehingga Umar
tidak memiliki syawahid. Pada riwayat Bukhari ini ditemukan 7 [tujuh] sanad
namun rangkaian sanad tersebut memiliki mutabi’ pada tingkatan tabi’in maupun
tabi’ tabi’in.Dijelaskan dalam fath al-Bari syarh Shahih Bukhori, bahwa niat
merupakan kunci dari semua ibadah dan perbuatan. Bahwa niat menentukan segala
perbuatan yang dilakukan[3] dan melandasi setiap bentuk ibadah baik
yang nampak maupun yang tidak nampak. Dalam riwayat yang lain:
Hadits diatas di kutip dari Turmudzi.
Dilihat dari sanadnya merupakan hadits marfu’ dan ittishal kepada Nabi. Akan
tetapi dalam tingkatan shahabat tidak memiliki syawahid karena hanya
diriwayatkan oleh an-Nu’man ibn Basyir. Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwa
do’a adalah ibadah.Secara terminologis, pengertian ibadah terpetak-petak dengan
rumusan yang bervariasi menurut berbagai disiplin ilmu. Menurut Ahli Tauhid dan
Hadits ibadah adalah:
توحيد الله وتعظيمه غاية
التعظيم مع التذلل والخضوع له
Mengesakan dan mengagungkan Allah
sepenuhnya serta menghinakan diri dan menundukkan jiwa kepada-Nya.Dalam
penjelasan lain yang merujuk pengertian ibadah dari sudut akhlak dan etika
dalam kehidupan:
Terjemah: Nabi SAW bersabda: memandang ibu
dan bapak karena cinta kepadanya adalah ibadah (HR. As-Suyuthi)
قال النبي ص.م. العبادة
عشرة اجزاء تسعة منها فى طلب الحلال
Terjemah:Nabi SAW bersabda: Ibadah itu
sepuluh bagian, sembilan bagian diantaranya terletak dalam mencari harta yamg
halalSedangkan menurut ahli fiqih pengertian ibadah adalah:
ما أدّيت ابتغاء لوجه الله
وطلبا لثوبه فى الآخرة
Segala bentuk ketaatan yang dikerjakan
untu mencapai keridlaan Allah SWT dan mengharapkan pahalanya di akhirat.[4]
Sepanjang penelusuran dalam penyusunan
makalah ini, penulis belum dapat menemukan dan mencantumkan teks hadits yang
menunjukkan adanya klasifikasi baik yang mahdlah maupun yang ghairu mahdlah
bahkan hadits yang menunjukkan pengertian ibadah secara jelas, namun ketika
lebih dikerucutkan pada term ibadah tertentu, banyak dijumpai hadits yang
menjelaskan ibadah seperti tentang thaharah, shalat, puasa, zakat dll. Menurut
Wahbah Zuhayli, ibadah mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, yaitu mencakup
segala amal kebajikan yang dilakukan dengan niat ikhlas[5].
"Dan apabila hamba-hamba-Ku
bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.
Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (QS. Al-Baqarah : 186)
Ayat diatas menyiratkan perintah untuk
selalu beribadah kepada Allah. Selanjutnya masih berkaitan dengan beberapa teks
hadits diatas. TM Hasbi Ashshidieqi, membagi ibadah dalam dua arti menurut
bahasa dan arti menurut istilah.
1.Secara etimologis, ibadah atau ibadat berarti: taat, menurut, mengikut dan
sebagainya. Ibadah juga digunakan dalam arti doa.
2.Dari sisi terminologis, ibadah mempunyai arti berdasarkan istilah yang
dipergunakan, antara lain: Menurut ahli tauhid, ibadah itu berarti mengesakan
Allah, mentakzimkan-Nya dengan sepenuh-penuh takzim serta menghinakan diri kita
dan menundukkan jiwa kepada-Nya. Ahli fiqh mengartikan ibadah dengan: apa yang
dikerjakan untuk mendapat keridlaan Allah dan mengharap pahalaNya di akhirat[6].
العبادة هو اسم جامع لمن
يحبه الله ويرضاه قولا كان او فعلا جليّا كان او خفياتعظيما له وطلبا لثوابه
Ibadah itu sendiri bisa dikelompokkan ke
dalam kategori berdasarkan beberapa klasifikasi:
1. Pembagian ibadah didasarkan pada umum
dan khusus (khashashah dan ‘ammah)
·Ibadah ‘ammah, yakni semua pernyataan baik yang dilakukan dengan niat yang
baik dan semata-mata karena Allah, seperti makan, minum, bekerja dan lain
sebagainya dengan niat melaksanakan perbuatan itu untuk menjaga badan jasmaniah
dalam rangka agar dapat beribadah kepada Allah.
·Ibadah khashashah ialah ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan oleh
nash, seperti shalat, zakat, puasa dan haji.
2. Pembagian ibadah dari
segi hal-hal yang bertalian dengan pelaksanaannya:
·Ibadah jasmaniah, ruhiyah, seperti shalat dan puasa,
·Ibadah ruhiyah dan amaliyah, seperti zakat,
·Ibadah jasmaniah ruhiyah dan amaliyah, seperti mengerjakan haji.
3. Pembagian ibadah dari
segi kepentingan perseorangan atau masyarakat:
·Ibadah fardhi, seperti salat dan puasa,
·Ibadah ijtima’i seperti zakat dan haji.
4. Pembagian dari segi
bentuk dan sifatnya:
·Ibadah yang berupa perkataan atau ucapan lidah, seperti membaca do’a,
membaca Al Qur’an, membaca dzikir, membaca tahmid dan mendoakan orang yang
bersin,
·Ibadah yang berupa pekerjaan tertentu bentuknya meliputi perkataan dan
perbuatan, seperti shalat, zakat, puasa, dan haji,
·Ibadah yang sifatnya menggugurkan hak, seperti membebaskan hutang dan
memaafkan orang yang bersalah,
·Ibadah yang pelaksanaannya menahan diri, seperti ihram, puasa dan I’tikaf,
dan menahan diri untuk berhubungan dengan istrinya,
·Ibadah yang berupa perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti
menolong orang lain, berjihad, membela diri dari gangguan.
Dalam beribadah,
terdapat dua syarat yang harus dipenuhi, yakni:
·Sah, maksudnya amal itu dilakukan sesuai dengan kehendak syara’
·Ikhlas, yakni semata-mata karena Allah.
Dalam
konstruk ahli fiqih, sah ialah lawan batal. Perbuatan yang dihukumi sah, ila
memenuhi rukun dan syarat-syaratnya. Dalam urusan perkawinan bila tidak
terpenuhi rukun, disebut batal dan bila tidak memenuhi syarat-syaratnya maka
fasid.
KESIMPULAN
Berbagai
pembagian ibadah di atas telah dijelaskan bahwa ibadah khashasah (dapat
dipahami sebagai ibadah mahdlah) ialah yang ditentukan bentuk ketentuan dan
pelaksanannya. Sedang ibadah ‘ammah (dipahami sebagai ibadah ghairu mahdlah)
adalah semua perbuatan yang mendatangkan kebaikan dan dilaksanakan dengan niat
semata-mata karena Allah. Pernyataan diatas, seakan-akan niat merupakan
kriteria pada ibadah ‘ammah dan tidak merupakan kriteria pada ibadah mahdhah,
padahal niatpun ada pada ibadah mahdlah. Sebagian berpendapat niat adalah
rukun, sebagian berpendapat merupakan syarat.
The problem of Love is that it has no edges and it’s hard to tell when it starts or ends, it’s difficult to tell when you became deeply in it and surprisingly (and numbingly), it’s even harder to tell when it left.
Love also has its own intentions, it’s very difficult to force out, it can be a stain in your eye taunting you and blinding you, it can be the stickiest of gunk stuck in between your teeth. Smile and try to say hello, everyones going to see it.
People feel that they know Love but really, that sensation is because Love knows them, it’s like being watched on a lonely street, or if you’re lucky, it’s the embrace of the warm beads of water in the shower. It warms down your neck and alerts the little invisible hairs of its presence.
Love has dangerous heights—and with the heights, there are painful landings, this is very tempting for the little risk taker hiding in all of us but know the fearful ones look on with jealously, and after the fall, they nod, as if they knew. But they don’t know.
The problem of Love is that it attempts to draw us in to places beyond ethics, wrong is right, right is wrong, it turns the horrible things to good, and sometimes, the best of things into the worst of things.
But it’s okay. The problems of Love remind us, remind us when we’re standing at the bus stop wondering, Would she like me better if I was in my car or should I pretend like I care about the environment, and that girl does that walk right past you, the world slows to an amber still as she turns her head the perfect angle her sight meets your gaze and her sight turns into a lock just like yours.
You’ll forget about all the problems of Love and you’ll say, You know, I write a lot of poems about the problem of Love, but Love, I guess I haven’t met you yet.
This is the month that marks black leather boots and stalled car engines. In december its all too easy to get lost, get stranded. Darks nights and snowy streets make way for tragedy. I walked out from my cocoon and slathered cold air onto my cheeks to give me a little living color. Exothermic rouge. There was a porcelain tea cup in my glove box at all times, painted robin’s egg blue all over, except where there were chips and cracks from mistreatment. I swan dove into the snow and came out damp and nearly frozen. Little tea cup in my hand, snow filling it the way a mountain would. I thought to myself it looked like a hawaiian shaved ice cone, without the artificial cherry flavoring. Sifted through the frosted leaves for days, looking for a rock that was sharp enough. Dragged it across the bare bone of my forearm to coax out the last drops of blood, letting them fall into my teacup of snow. They flavored every flake and turned it crimson. It tasted just like a cherry snow cone. The kind you get at the circus. I stood feet forward and flat in the road for two months licking my dessert seductively, waiting for someone to come give me a few voltages of a jump. No one ever came. And that is the story of how I became a statue.
Could there be saints without a sinner, masters without beginners Losers without a winner, could we love if not for hate? Is it differences so vast beside the beauty of contrast, That have helped us to outlast, our predecessors’ fate? Good would just grow stale with no evil to abate Evil turns upon itself with no goodness to negate
Charity is nothing without need, would not be needed without greed, There would be no need to plead if a request was given weight — For a thing to have a low there needs a high above to show, That there is room for it to grow so that it too can be great, There could be no peace or calm in life if things were good, innate, With no ugly to compare to, what could we deem ornate?
We would all follow like cattle with no constant contrast battle, For our worlds they need a rattle and a prod to motivate — It may be pleasant seeming and you may have stopped for dreaming, Thinking of a world not teeming with the dark things that you hate. Evil turns upon itself with no goodness to negate Good would just grow stale with no evil to abate
Suatu hari ada seorang lelaki yang menemui Ibrahim bin Adham. Dia berkata, "Wahai Aba Ishak! Selama ini aku gemar bermaksiat. Tolong berikan aku nasihat." Setelah mendengar perkataan tersebut Ibrahim berkata, "Jika kamu mau menerima lima syarat dan mampu melaksanakannya, maka boleh saja kamu melakukan maksiat." Lelaki itu dengan penasaran bertanya. "Apa saja syarat-syarat itu, wahai Aba Ishak?" Ibrahim bin Adham berkata,
Syarat pertama: "Jika kamu bermaksiat kepada Allah, jangan memakan rezeki-Nya"
Mendengar itu dia mengernyitkan kening seraya berkata, "Lalu aku mau makan dari mana? Bukankah semua yang ada di bumi ini rezeki Allah?" Ya, tegas Ibrahim bin Adham. "Kalau kamu sudah memahaminya, masih pantaskan memakan rezeki-Nya, sementara kamu selalu berkeinginan melanggar larangan-Nya?"
I sometimes get lost and instead of using my map for directions, I use it to write stories. I know that this doesn’t help me get home, but it makes me feel a little better; it erases some of the paranoia and the fear that is within myself.
I will just pull my car over to the side of the road, pull out a pen and a map, and begin. I really get after it, too. The words travel up and down the roads, across rivers, and through the woods. Over mountains they fly and across oceans they glide; ancient cities are built and modern cities rebuilt. I put the pen down, smoke a cigarette, and get back on the road.
I will usually find my way home now, having answered whatever was pestering me subconsciously through my writing. My parents ask “where have you been?” and I respond “I took a trip” and they understand without asking anything else.
I have a collection of maps in my underwear drawer and sometimes I burn them just to make the stories feel more important than they are.
There is nothing to write about today but blue expanse and the orange marigolds at my feet and the new grass. What else could there be? What can one do when the transcendent happens? You just have to surrender. That’s what Baudelaire, Prévert and O’Hara, too, understood in their cosmopolitan way. I know this is not what you want to hear, but there’s no use denying the world.
And we may not end up happy, but for now just try to see the four shades of maroon in the Japanese maple, the ninebark, my old Corolla and the brick stoop. Even the clutter of hoses, brooms, umbrellas and disheveled matches make their own duende.
The sun and the earth, full of light, rake out the sins of summer and let the raisin air penetrate driveways and the hides of dogs and houses. And miraculous glass, letting gold pour through windows into your bed.
its so great moment for all of muslim entire the world, cause tomorrow we will face with big day, its idul adha. and its my first celebration in my home, cause last years before, i'll face it in my school...xD
i never ignore the history of this accident, cause it teaches us much things about sacrifice, obidience etc.
Seek for Free Download Cute Blog templates? Because I love Cute Gadgets, I also like to find Cute Stuff, including Cute Templates for blog. If you use Blogger to make your blog, then you may like these Cute Blog themes for blogger from Blogskin. There are tons of Cute Blog themes there, although I don’t think they also doing SEO for those templates too.
There are 2 Cute Templates I really like. First is the themes called a| winter. It use light blue color along with white and it simply says ”Dear Diary”. Really nice for your Online Journal blog. The second is the Cookie template. This template is really simple but use nice color combination and using cookies color in this theme makes this template looks really cool. Those are really Cute Blogger Templates, don’t they?
Rasulullah SAW, dengan sahabat-sahabatnya Abu Bakar
ra, Umar ra dan ‘Ali ra bertamu ke rumah ‘Ali ra. Di rumah ‘Ali ra, istrinya
Sayyidatina Fathimah ha, putri Rasulullah SAW menghidangkan untuk mereka madu
yang diletakkan di dalam sebuah mangkuk yang cantik, dan ketika semangkuk madu
itu dihidangkan sehelai rambut terikut di dalam mangkuk itu. Baginda Rasulullah
SAW kemudian meminta kesemua sahabatnya untuk membuat suatu perbandingan
terhadap ketiga benda tersebut (mangkuk yang cantik, madu dan sehelai rambut).
Abu Bakar berkata, “Iman itu lebih cantik dari mangkuk
yang cantik ini, orang yang beriman itu lebih manis dari madu, dan
mempertahankan iman itu lebih susah dari meniti sehelai rambut.”
Umar berkata, “Kerajaan itu lebih cantik dari mangkuk
yang cantik ini, orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu, dan
memerintah dengan adil itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
Utsman berkata, “Ilmu itu lebih cantik dari mangkuk
yang cantik ini, orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu, dan
beramal denga ilmu yang dimiliki itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
Ali berkata, “Tamu itu lebih cantik dari mangkuk yang
cantik ini, menjamu tamu itu lebih manis dari madu, dan membuat tamu senang
sampai kembali pulang ke rumahnya adalah lebih sulit dari meniti sehelai
rambut.”
Fatimah berkata, “Seorang wanita itu lebih baik dari
sebuah mangkuk yang cantik, wanita yang ber-purdah itu lebih manis dari madu,
dan mendapatkan seorang wanita yang tak pernah dilihat orang lain kecuali
muhrimnya lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
Rasulullah SAW berkata, “Seorang yang mendapat taufiq
untuk beramal lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, beramal dengan amal
yang baik itu lebih manis dari madu, dan berbuat amal dengan ikhlas adalah
lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
Malaikat Jibril berkata, “Menegakkan pilar-pilar agama
itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, menyerahkan diri, harta dan
waktu untuk usaha agama lebih manis dari madu, dan mempertahankan usaha agama
sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
Allah SWT berfirman, “Surga-Ku itu lebih cantik dari
mangkuk yang cantik itu, nikmat surga-Ku itu lebih manis dari madu, dan jalan
menuju surga-Ku lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
Salah satu sifat dan perilaku terpuji yang harus
dimiliki oleh orang beriman adalah mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang telah
dikaruniakan kepada kita, baik nikmat yang berupa fisik kebendaan (material)
maupun nikmat yang bersifat mental spiritual (ruhaniah).
Nikmat iman dan nikmat ukhuwah (persaudaraan dan persahabatan) adalah contoh-contoh
kenikmatan ruhaniah. Sedangkan nikmat sehat, nikmat umur dan harta benda yang
melimpah adalah beberapa di antara contoh-contoh nikmat material.
Sebagaimana firman Allah SWT,
Artinya: Dan ingatlah tatkala Tuhanmu memaklumatkan, “Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu; dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS: Ibrahim:
7)
Bersyukur tampaknya hanyalah perbuatan yang mudah kita
lakukan. Namum bersyukur juga memiliki konsekwensi karena bersyukur adalah
berbuat. Jika kita mensyukuri umur maka kita mesti menggunakannya untuk
beribadah kepada Allah. Dan jika kita mensyukuri harta tentu kita akan
menggunakannya untuk bersedekah. Di sinilah kita akan mendapatkan ujian tentang
rasa syukur.
Ketika kita menggunakan umur kita untuk beribadah
kepada Allah, maka syaitan dan hawa nafsu akan senantiasa menggoda dan membisikkan,
bahwa banyak kemaksiatan yang siap digelar di luar sana. Bila kita ingin
mendatangi masjid untuk berdzikir, maka syaitan-syaitan akan memperberat
langkah kita. Mereka ingin membelokkan langkah kita menuju tempat-tempat yang
penuh dengan kemaksiatan.
Sedangkan jika kita ingin bersedekah, tentu syaitan
dan hawa nafsu juga akan selalu menggoda kita, mereka membisikkan resiko-resiko
yang tidak semestinya. Syaitan-syaitan akan mengatakan, “Ah buat apakah kamu
bersedekah? Sedangkan masih banyak kebutuhan pribadimu yang belum terpenuhi.”
Jika kita ingin mendermakan beberapa ratus ribu atau beberapa juta, maka hawa
nafsu kita akan selau mempengaruhi, “Jangan banyak-banyak deh, kalau ingin
bersedekah, nanti kamu bisa jatuh miskin.”
Sedekah takkan mengurangkan harta sedikitpun. Karena
Allah pasti akan menggantinya dengan berlipat ganda. Rasulullah SAW pun telah
bersabda, “Harta tidak berkurang karena bersedekah.” (HR. Muslim)
Bahkan dalam hadits lain, Rasulullah menceritakan, “Tidaklah
seorang hamba berada di pagi hari kecuali dua malaikat turun kepadanya, yang
salah satunya berkata: ya Allah, berilah orang yang kikir kerusakan.” (HR.
Bukhari- Muslim)
Kedua hadits ini mengindikasikan, justru dengan
bershadaqah, harta seseorang akan semakin bertambah, barakahnya maupun jumlah
harta itu sendiri. Sebagaimana firman Allah SWT, “Dan segala yang kamu
nafkahkan, tentu akan digantikan oleh Allah SWT.” (QS. Saba’ : 39)
Maka kita tidak perlu khawatir bahwa rasa syukur kita
dan sedekah kita akan mendatangkan kesulitan bagi hidup kita. Kita tidak perlu
khawatir bahwa syukur dan sedekah akan mengurangi kenikmatan kita. Dan marilah
kita mensyukuri segala nikmat Allah dengan segenap daya untuk semakin
mengaplikasikan ketakwaan yang sesungguhnya.
Bersyukur atas nikmat adalah bukti bagi lurusnya
keimanan dalam jiwa manusia. Dan orang yang bersyukur kepada Allah akan selalu
merasakan muroqobatullah (kebersamaan
Allah) dalam mendayagunakan kenikmatan-Nya, dengan tidak disertai pengingkaran,
perasaan menang dan unggul atas makhluk lainnya, dan penyalahgunaan nikmat.
Mensyukuri nikmat dengan mengungkapkan rasa kesyukuran
kepada Allah dapat kita laksanakan dengan tiga hal: Pertama, adalah mengakui di
dalam bathin. Kedua, adalah mengucapkannya dengan lisan. Ketiga, adalah
menggunakan nikmat sesuai dengan kehendak pemberi nikmat.
Dan ketiga-tiganya ini harus kita laksanakan dengan
sepenuhnya, kita tidak dapat bersyukur dengan sebenarnya jika hanya ucapan yang
membuktikan itu.
Jika mengaku bersyukur atas kelebihan harta namun
tidak pernah bersedekah, tentu syukur yang kita ucapkan adalah kebohongan
belaka. Tentu Allah dan Rasulullah takkan memerintahkan kepada kita untuk
bersyukur, jika tidak ada manfaatnya. Maka ketahuilah bahwa mensyukuri nikmat
memiliki banyak sekali manfaat yang dapat dipetik oleh orang-orang beriman.
Beberapa di antara manfaat syukur adalah mensucikana
jiwa. Dengan bersedekah kita mensucikan harta. Harta dan kekayaan material kita
menjadi tersucikan oleh rasa syukur yang terkatakan dengan lisan dan terlaksana
melalui perbuatan-perbuatan baik.
Syukur juga dapat menjadikan orang lain ridho dan
senang kepada kita, syukur menentramkan jiwa kita. Karena rasa syukur yang
telah kita ungkapkan dalam perbuatan tentu menjadikan orang lain senang dan
akan membantu dan menolong kita di kemudian hari.
Rasa syukur juga dapat memperbaiki dan melancarkan
berbagai bentuk interaksi dalam sosial masyarakat, sehingga harta dan kekayaan
yang dimiliki dapat terlindungi dengan aman.
Apabila mayoritas anggota suatu masyarakat adalah pribadi-pribadi
yangbersyukur kepada Allah atas
nikmat-nikmat yang telah mereka dapatkan, tentu masyarakat akan aman tentram
dan memperoleh kerahmatan dari Allah SWT. Dan baldatun toyyibatun wa robbun ghofuur tidak lagi menjadi mimpi
semata. Amin allhumma amin.
Keutamaan sedekah
Setelah kita bahas panjang lebar mengenai sedekah, ada
baiknya kita mengetahui keutamaan apa saja yang dimiliki oleh sedekah. Diantara
keutamaan-keutamaan sedekah antara lain:
1.Dilipat gandakan pahalanya sebanyak tujuh ratus kali lipat.
Allah SWT berfirman: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran)” (QS. Al-Baqarah: 261)
2.Sebagai penghalang bencana.
Dari Ali ra, Rasulullah SAW bersabda, “Segeralah
bersedekah, sesungguhnya musibah tidak dapat melintasi sedekah”
3.Amalan yang tidak putus pahalannya walaupun orang yang
beramal tersebut sudah meninggal. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Apabila anak
adam wafat maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal yaitu shadaqah jariyah,
ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakan orang tuanya. (HR. Muslim)
4.Dapat memperpanjang umur.
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Yang dapat menolak takdir
ialah doa dan yang dapat memperpanjang umur yakni kebajikan (amal bakti). (HR.
Ath-Thawi)
Pilar islam yang pertama yaitu akidah dan
pilar Islam yang kedua adalah ibadah. Ibadah berasal dari kata ‘abada, ya’budu,
yang berarti menghamba atau tunduk dan patuh. ‘abdun berarti budak atau hamba
sahaya, alma’bad berarti mulia dan agung, ‘abada bih berarti selalu
mengikutinya, alma’budberarti yang memiliki, yang dipatuhi dan diagungkan. Jika
makna kata-kata tersebut diurutkan akan menjadi susunan kata-kata yang logis,
yaitu: “Jika seseorang menghambakan diri terhadap yang lain, ia akan
mengikuti, mengagungkan, memuliakan, mematuhi dan tunduk“
Terjemah: Sesungguhnya setiap amal
perbuatan itu tergantung pada niatnya dan dianggap bagi tiap manusia apa yang
dia niatkan. Maka yang hijrahnya tulus ikhlas kepada Allah dan Rasulnya maka
akan diterima. Sedangkan yang hijrahnya untuk dunia “kekayaan” maka itulah yang
akan diperoleh. Atau wanita yang akan dinikahi maka hijrah itu terhenti pada
niat hijrah yang dia tuju.[2]
Hadits diatas marfu’ dan ittishal sanad
kepada Nabi, akan tetapi hadits tersebut tergolong hadits ahad karena pada
tingkatan hanya diriwayatkan oleh shahabat Umar ibn al-Khattab sehingga Umar
tidak memiliki syawahid. Pada riwayat Bukhari ini ditemukan 7 [tujuh] sanad
namun rangkaian sanad tersebut memiliki mutabi’ pada tingkatan tabi’in maupun
tabi’ tabi’in.Dijelaskan dalam fath al-Bari syarh Shahih Bukhori, bahwa niat
merupakan kunci dari semua ibadah dan perbuatan. Bahwa niat menentukan segala
perbuatan yang dilakukan[3] dan melandasi setiap bentuk ibadah baik
yang nampak maupun yang tidak nampak. Dalam riwayat yang lain:
Hadits diatas di kutip dari Turmudzi.
Dilihat dari sanadnya merupakan hadits marfu’ dan ittishal kepada Nabi. Akan
tetapi dalam tingkatan shahabat tidak memiliki syawahid karena hanya
diriwayatkan oleh an-Nu’man ibn Basyir. Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwa
do’a adalah ibadah.Secara terminologis, pengertian ibadah terpetak-petak dengan
rumusan yang bervariasi menurut berbagai disiplin ilmu. Menurut Ahli Tauhid dan
Hadits ibadah adalah:
توحيد الله وتعظيمه غاية
التعظيم مع التذلل والخضوع له
Mengesakan dan mengagungkan Allah
sepenuhnya serta menghinakan diri dan menundukkan jiwa kepada-Nya.Dalam
penjelasan lain yang merujuk pengertian ibadah dari sudut akhlak dan etika
dalam kehidupan:
Terjemah: Nabi SAW bersabda: memandang ibu
dan bapak karena cinta kepadanya adalah ibadah (HR. As-Suyuthi)
قال النبي ص.م. العبادة
عشرة اجزاء تسعة منها فى طلب الحلال
Terjemah:Nabi SAW bersabda: Ibadah itu
sepuluh bagian, sembilan bagian diantaranya terletak dalam mencari harta yamg
halalSedangkan menurut ahli fiqih pengertian ibadah adalah:
ما أدّيت ابتغاء لوجه الله
وطلبا لثوبه فى الآخرة
Segala bentuk ketaatan yang dikerjakan
untu mencapai keridlaan Allah SWT dan mengharapkan pahalanya di akhirat.[4]
Sepanjang penelusuran dalam penyusunan
makalah ini, penulis belum dapat menemukan dan mencantumkan teks hadits yang
menunjukkan adanya klasifikasi baik yang mahdlah maupun yang ghairu mahdlah
bahkan hadits yang menunjukkan pengertian ibadah secara jelas, namun ketika
lebih dikerucutkan pada term ibadah tertentu, banyak dijumpai hadits yang
menjelaskan ibadah seperti tentang thaharah, shalat, puasa, zakat dll. Menurut
Wahbah Zuhayli, ibadah mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, yaitu mencakup
segala amal kebajikan yang dilakukan dengan niat ikhlas[5].
"Dan apabila hamba-hamba-Ku
bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.
Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (QS. Al-Baqarah : 186)
Ayat diatas menyiratkan perintah untuk
selalu beribadah kepada Allah. Selanjutnya masih berkaitan dengan beberapa teks
hadits diatas. TM Hasbi Ashshidieqi, membagi ibadah dalam dua arti menurut
bahasa dan arti menurut istilah.
1.Secara etimologis, ibadah atau ibadat berarti: taat, menurut, mengikut dan
sebagainya. Ibadah juga digunakan dalam arti doa.
2.Dari sisi terminologis, ibadah mempunyai arti berdasarkan istilah yang
dipergunakan, antara lain: Menurut ahli tauhid, ibadah itu berarti mengesakan
Allah, mentakzimkan-Nya dengan sepenuh-penuh takzim serta menghinakan diri kita
dan menundukkan jiwa kepada-Nya. Ahli fiqh mengartikan ibadah dengan: apa yang
dikerjakan untuk mendapat keridlaan Allah dan mengharap pahalaNya di akhirat[6].
العبادة هو اسم جامع لمن
يحبه الله ويرضاه قولا كان او فعلا جليّا كان او خفياتعظيما له وطلبا لثوابه
Ibadah itu sendiri bisa dikelompokkan ke
dalam kategori berdasarkan beberapa klasifikasi:
1. Pembagian ibadah didasarkan pada umum
dan khusus (khashashah dan ‘ammah)
·Ibadah ‘ammah, yakni semua pernyataan baik yang dilakukan dengan niat yang
baik dan semata-mata karena Allah, seperti makan, minum, bekerja dan lain
sebagainya dengan niat melaksanakan perbuatan itu untuk menjaga badan jasmaniah
dalam rangka agar dapat beribadah kepada Allah.
·Ibadah khashashah ialah ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan oleh
nash, seperti shalat, zakat, puasa dan haji.
2. Pembagian ibadah dari
segi hal-hal yang bertalian dengan pelaksanaannya:
·Ibadah jasmaniah, ruhiyah, seperti shalat dan puasa,
·Ibadah ruhiyah dan amaliyah, seperti zakat,
·Ibadah jasmaniah ruhiyah dan amaliyah, seperti mengerjakan haji.
3. Pembagian ibadah dari
segi kepentingan perseorangan atau masyarakat:
·Ibadah fardhi, seperti salat dan puasa,
·Ibadah ijtima’i seperti zakat dan haji.
4. Pembagian dari segi
bentuk dan sifatnya:
·Ibadah yang berupa perkataan atau ucapan lidah, seperti membaca do’a,
membaca Al Qur’an, membaca dzikir, membaca tahmid dan mendoakan orang yang
bersin,
·Ibadah yang berupa pekerjaan tertentu bentuknya meliputi perkataan dan
perbuatan, seperti shalat, zakat, puasa, dan haji,
·Ibadah yang sifatnya menggugurkan hak, seperti membebaskan hutang dan
memaafkan orang yang bersalah,
·Ibadah yang pelaksanaannya menahan diri, seperti ihram, puasa dan I’tikaf,
dan menahan diri untuk berhubungan dengan istrinya,
·Ibadah yang berupa perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti
menolong orang lain, berjihad, membela diri dari gangguan.
Dalam beribadah,
terdapat dua syarat yang harus dipenuhi, yakni:
·Sah, maksudnya amal itu dilakukan sesuai dengan kehendak syara’
·Ikhlas, yakni semata-mata karena Allah.
Dalam
konstruk ahli fiqih, sah ialah lawan batal. Perbuatan yang dihukumi sah, ila
memenuhi rukun dan syarat-syaratnya. Dalam urusan perkawinan bila tidak
terpenuhi rukun, disebut batal dan bila tidak memenuhi syarat-syaratnya maka
fasid.
KESIMPULAN
Berbagai
pembagian ibadah di atas telah dijelaskan bahwa ibadah khashasah (dapat
dipahami sebagai ibadah mahdlah) ialah yang ditentukan bentuk ketentuan dan
pelaksanannya. Sedang ibadah ‘ammah (dipahami sebagai ibadah ghairu mahdlah)
adalah semua perbuatan yang mendatangkan kebaikan dan dilaksanakan dengan niat
semata-mata karena Allah. Pernyataan diatas, seakan-akan niat merupakan
kriteria pada ibadah ‘ammah dan tidak merupakan kriteria pada ibadah mahdhah,
padahal niatpun ada pada ibadah mahdlah. Sebagian berpendapat niat adalah
rukun, sebagian berpendapat merupakan syarat.
The problem of Love is that it has no edges and it’s hard to tell when it starts or ends, it’s difficult to tell when you became deeply in it and surprisingly (and numbingly), it’s even harder to tell when it left.
Love also has its own intentions, it’s very difficult to force out, it can be a stain in your eye taunting you and blinding you, it can be the stickiest of gunk stuck in between your teeth. Smile and try to say hello, everyones going to see it.
People feel that they know Love but really, that sensation is because Love knows them, it’s like being watched on a lonely street, or if you’re lucky, it’s the embrace of the warm beads of water in the shower. It warms down your neck and alerts the little invisible hairs of its presence.
Love has dangerous heights—and with the heights, there are painful landings, this is very tempting for the little risk taker hiding in all of us but know the fearful ones look on with jealously, and after the fall, they nod, as if they knew. But they don’t know.
The problem of Love is that it attempts to draw us in to places beyond ethics, wrong is right, right is wrong, it turns the horrible things to good, and sometimes, the best of things into the worst of things.
But it’s okay. The problems of Love remind us, remind us when we’re standing at the bus stop wondering, Would she like me better if I was in my car or should I pretend like I care about the environment, and that girl does that walk right past you, the world slows to an amber still as she turns her head the perfect angle her sight meets your gaze and her sight turns into a lock just like yours.
You’ll forget about all the problems of Love and you’ll say, You know, I write a lot of poems about the problem of Love, but Love, I guess I haven’t met you yet.